Tuan Pemilik Hati

Surinnari
1 min readJul 23, 2023

--

07.11

Namanya: Tuan Pemilik Hati.

Tuturnya sederhana, impiannya besar, dan ide-idenya cemerlang.

Kepada si Tuan Pemilik Hatilah mata ini tertuju dan hati ini tertaut.

Dia, si penutur kata dan penulis kalimat indah yang kudengar tiap sore dan malam hari.

Si penulis yang sama, yang menyelipkan surat di antara pagar karena katanya malu.

Si penulis yang sama, yang diam-diam mengirimkan surel berisi lagu, atau alunan piano dan suara-suara pelan karena katanya, “laguku belum selesai ditulis.”

Si penulis yang sama, yang tiba-tiba berdiri di depan pagar dengan basah kuyup, padahal memiliki payung.

Bila ditanya mengapa, dia hanya tersenyum.

Si Tuan datang setiap sore — kadang malam hari — membawa segelas es teh, karena katanya kalau bunga sudah terlalu sering.

Dia yang senyumnya bagai pelangi, seolah menghiasi diri yang sering diselimuti mendung dan hujan.

Dia yang selalu sigap dengan payungnya karena katanya, “kamu nggak suka basah.”

Tapi, dia sendiri rela basah kuyup.

Kepada si Tuan Pemilik Hati, terima kasih karena telah hadir.

Terima kasih, karena pada akhirnya diari ini jadi berisi dan berarti.

Semoga, halaman buku yang belum terisi, bisa terus kita goresi dengan sejuta cerita yang tak akan pernah usai hingga nanti.

--

--

Surinnari

“I think the moment when I stop pretending, will be the moment where I’ve accepted myself.” — Kevin Moon